~ الشيخ أحمد محمود علوى ~
NAPAK TILAS
LAHIRNYA PONDOK
PESANTREN DARUSSALAM MUDA
Pada
suatu pagi yang cerah berkisar tahun 1960 an,dikala umat muslim sedunia sedang
merayakan hari raya Idul Fitri, seperti biasa di negeri tercinta Republik
Indonesia tercinta ini terpatri tradisi dimana umat Islam melaksanakan balal (
Halal bihalal ) atau juga di kenal dengan acara sungkeman ,utamanya kepada
kedua Orang Tua,Para guru, dan orang yang di tuakan.demikian tak terlepas juga
terjadi dikampung atau dukuh suru yang terletak di bawah gunung suru yang di
kenal dengan gunung kembar yaitu antara gunung suru dan gunung truwili, yang
keduanya walau jaraknya tidak terlalu jauh dan bahkan kurang dari 1 km,namun
mempunyai perbedaan wilayah dimana gunung suru terletak di wilayah desa suru
kecamatan geyer sedangkan gunung truwili terletak di wilayah desa dimoro
kecamatan toroh yang keduanya kecamatan tersebut berada di kabupaten grobogan.
Ketika penulis sedang sungkeman atau
Balal dengan mbah yakub seorang tokoh tua dikaki gunung suru , karena beliu
termasuk simbah kerabat sambil menikmati makanan kecil tradisional antara lain
gadung goreng yang menjadi suguhan khas simbah yakub setiap tahun sekali
terjadi, setiap balal pasti cerita tentang asal usul yang memegang kuat para
cucu yang sedang balal termasuk sang penulis bahwa mbah yakub dan para cucunya
adalah masih ada hubungan silsilah dengan mbah sunan ampel . dan cerita panjang
yang berkenaan dengan hal tersebut , ada orang – orang tua yang bernama mbah
kyai jahuri sebagai kakak kandung mbah kyai ruslan yang di kenal sebagai embrio
berkembangnya agama islam di wilayah desa suru tepatnya ada di kampung ngawen
dukuh tuwung desa Suru yang sekarang berdiri pon pes Darussalam muda yang di
asuh oleh penulis.
Singkat cerita penulis dengan modal
keberanian dan keterpaksaan dengan terdesaknya kemiskinan dalam rumah tangga
orang tua mencoba mengadu nasib ke kota metropolitan dengan harapan dapat
bekerja dalam melanjutkan sekolah atau mengaji , dengan modal ijazah syanawiyah
swasta bekerja di took sepatu di kawasan pasar senin Jakarta pusat yang
kebetulan adalah milik haji nasrulloh penulis cukup mendapat kehormatan dari
Bapak Haji dan segenap keluarga dengan modal ijazah syanawiyah tersebut penuls
di jadikan ustadz Walaupun dengan modal ilmu seadanya.
Disinilah penulis mendapat keleluasaan
berfikir, berpendapat , memahami,arti hidup di dunia karena gemblengannya bos toko sepatu yang agamis hingga mendapat
fasilitas ruangan di lengkapi dengan TV 14 ‘’ hingga hampir bersamaan
terjadinya peristiwa tanjung priok, TVRI menyajikan tayangan panjang yang di
kenal sebagai film Indonesia yang menceritakan tokoh raden ishak yang tinggal
di kaki gunung lawu ,yang dengan cerita panjangnya adalah sampai sunan ampel.
Oleh karena cerita film tersebut sangat mirip dan sejalan dengan cerita mbah
yakub yang telah penulis dengar pada saat halal bihalal 20 tahun yang lalu,
maka bangkitlah pertanyaan apakah benar cerita mbah saya tersebut.
bersambung ...
by. Media_PPDSM
Kang_Azlym